PESAN PENDETA
PESAN PENDETA
Kota agung ini lahir demi citra bangsanya
kemudi jangan kau olengkan menyongsang arah
kerana kota yang bernama adalah lambang sejarah
yang tidak mungkin terpisah
dari desakan resah, lelah dan gundah
dengan jerih tumpahan darah dan nanah.
Sebuah citra yang bernama ibunda
adalah pautan rasa bangsa yang tidak mengenal putus asa
demi maruah melayarkan segala bangga
bahawa engkau masih wujud
dan bermakna di maya pada
Inilah pesan pendeta
pada siratan dan anyaman yang telah ditinggalkan
bersama risalah yang semakin musnah dan tidak terbela
kita menjadi semakin alpa pada sengsara
kita menjadi semakin rela tanpa paksa
kita menjadi semakin lena pada nama
Ayuh wargaku
kita bangkitkan semangat keranda 152
yang telah usang usianya
mari kita jalinkan robek kealpaan ini sepenuh daya
kerana maruah tidak akan terjaga dengan sengaja
kerana kita adalah warga
yang memikul amanah dan nadi bangsa
kerana kita adalah tunjang
dan benteng di muka kuala
kita bukan petualang yang boleh dikotakkatikkan
kita bukan jalang yang disundalrobekkan
ayuh wargaku, ayuh bangsaku
bangunlah dari lena siangmu dan bangga malammu
bahasamu kini semakin sesak dan gelisah
menanti saat lebuh dan berkubur
Wargaku
kita sebenarnya sebuah bangsa yang punya maruah
kita sesungguhnya sebuah nama yang megah
jangan kekayaan dan kesenangan menjadi alasan
untuk memungkiri sebuah janji yang termetrai
Aku hanya pujangga tak bernama
menyusur segenap detik dengan kudrat yang ada
untuk mencipta sebuah jasa yang tak pernah kupinta bayarannya
aku hanya seorang pujangga tak bernama
tapi keranda 152 adalah kebanggaan
yang tak ada gantinya
kita bukan pendusta di maya pada ini
kita bukan pencelaka yang dinobat setiap hari
kita bukan permata yang pudar di bumi sendiri
bangunlah wargaku
kita hayun kudrat ini demi untuk satu citra murba
ayu hbangsaku
bukalah mata hati yang telah mati
dan mari kita injak duri yang semakin berdiri
kerana
inilah citra bangsa yang bukan lumpuh
sebelum usia
Ayusari mj, DBP. 2009
Kota agung ini lahir demi citra bangsanya
kemudi jangan kau olengkan menyongsang arah
kerana kota yang bernama adalah lambang sejarah
yang tidak mungkin terpisah
dari desakan resah, lelah dan gundah
dengan jerih tumpahan darah dan nanah.
Sebuah citra yang bernama ibunda
adalah pautan rasa bangsa yang tidak mengenal putus asa
demi maruah melayarkan segala bangga
bahawa engkau masih wujud
dan bermakna di maya pada
Inilah pesan pendeta
pada siratan dan anyaman yang telah ditinggalkan
bersama risalah yang semakin musnah dan tidak terbela
kita menjadi semakin alpa pada sengsara
kita menjadi semakin rela tanpa paksa
kita menjadi semakin lena pada nama
Ayuh wargaku
kita bangkitkan semangat keranda 152
yang telah usang usianya
mari kita jalinkan robek kealpaan ini sepenuh daya
kerana maruah tidak akan terjaga dengan sengaja
kerana kita adalah warga
yang memikul amanah dan nadi bangsa
kerana kita adalah tunjang
dan benteng di muka kuala
kita bukan petualang yang boleh dikotakkatikkan
kita bukan jalang yang disundalrobekkan
ayuh wargaku, ayuh bangsaku
bangunlah dari lena siangmu dan bangga malammu
bahasamu kini semakin sesak dan gelisah
menanti saat lebuh dan berkubur
Wargaku
kita sebenarnya sebuah bangsa yang punya maruah
kita sesungguhnya sebuah nama yang megah
jangan kekayaan dan kesenangan menjadi alasan
untuk memungkiri sebuah janji yang termetrai
Aku hanya pujangga tak bernama
menyusur segenap detik dengan kudrat yang ada
untuk mencipta sebuah jasa yang tak pernah kupinta bayarannya
aku hanya seorang pujangga tak bernama
tapi keranda 152 adalah kebanggaan
yang tak ada gantinya
kita bukan pendusta di maya pada ini
kita bukan pencelaka yang dinobat setiap hari
kita bukan permata yang pudar di bumi sendiri
bangunlah wargaku
kita hayun kudrat ini demi untuk satu citra murba
ayu hbangsaku
bukalah mata hati yang telah mati
dan mari kita injak duri yang semakin berdiri
kerana
inilah citra bangsa yang bukan lumpuh
sebelum usia
Ayusari mj, DBP. 2009
Comments
Post a Comment